Catatan Satu Desember
Desember, sayang, barangkali begitu istimewa bagi beberapa orang. Tapi aku merasa desember seperti pelukan terakhir. Aku tidak mengerti mengapa begitu. Setahun lalu aku mengenal dirimu sebagai milikku. Milikku yang kini bukan milikku. Namun masih kuanggap milikku. Entahlah. Ini memang rumit. Lebih rumit daripada memisahkan pelukanmu yang masih melekat di tubuhku.
Desember, sayang, seperti kekasih yang sudah di ujung kisah. Namun menolak untuk menjadi punah. Meski hatinya dipatahkan. Meski dihantam berkali-kali saat bersikeras bertahan. Tak ada yang mampu membunuhmu dari dadaku, sayang. Tidak juga usaha-usaha, bahkan kutukan yang dikirimkan di dadaku setiap petang. Kau masih kekasihku, meski ada seseorang yang merebut paksa tubuhmu pada diriku.
Desember ini sayang, seperti diriku yang bertahan pada tahun di pelukan tuhan. Di penghujung tahun yang penghujan kau dikirim berserabut di dalam ingatan. Aku mencoba letih dan melepaskan. Namun kau tetap seperti tahun yang tak sempurna tanpa desember yang bertahan.
Di penghujung tahun —di penghujung sajak ini kau pasti bertanya perihal apa yang sebenarnya ingin kujelaskan. Apa sebenarnya yang ingin kusampaikan. Pejamkan matamu. Yakinkan sesuatu yang ada di dadamu. Jika getarnya masih sama. Pulanglah meski akhir tahun menjelma air mata. Aku masihlah milikmu yang meski kau sudah belajar menerima memiliki pilihan-pilihan yang dipaksakan kepadamu. Kau pun akan tetap milikku seperti apa pun usaha-usaha untuk menjauhkanmu dari diriku.
- dalam buku 'Sebuah Usaha Melupakan'- boycandra
Desember, sayang, barangkali begitu istimewa bagi beberapa orang. Tapi aku merasa desember seperti pelukan terakhir. Aku tidak mengerti mengapa begitu. Setahun lalu aku mengenal dirimu sebagai milikku. Milikku yang kini bukan milikku. Namun masih kuanggap milikku. Entahlah. Ini memang rumit. Lebih rumit daripada memisahkan pelukanmu yang masih melekat di tubuhku.
Desember, sayang, seperti kekasih yang sudah di ujung kisah. Namun menolak untuk menjadi punah. Meski hatinya dipatahkan. Meski dihantam berkali-kali saat bersikeras bertahan. Tak ada yang mampu membunuhmu dari dadaku, sayang. Tidak juga usaha-usaha, bahkan kutukan yang dikirimkan di dadaku setiap petang. Kau masih kekasihku, meski ada seseorang yang merebut paksa tubuhmu pada diriku.
Desember ini sayang, seperti diriku yang bertahan pada tahun di pelukan tuhan. Di penghujung tahun yang penghujan kau dikirim berserabut di dalam ingatan. Aku mencoba letih dan melepaskan. Namun kau tetap seperti tahun yang tak sempurna tanpa desember yang bertahan.
Di penghujung tahun —di penghujung sajak ini kau pasti bertanya perihal apa yang sebenarnya ingin kujelaskan. Apa sebenarnya yang ingin kusampaikan. Pejamkan matamu. Yakinkan sesuatu yang ada di dadamu. Jika getarnya masih sama. Pulanglah meski akhir tahun menjelma air mata. Aku masihlah milikmu yang meski kau sudah belajar menerima memiliki pilihan-pilihan yang dipaksakan kepadamu. Kau pun akan tetap milikku seperti apa pun usaha-usaha untuk menjauhkanmu dari diriku.
- dalam buku 'Sebuah Usaha Melupakan'- boycandra